[PAI] PERANAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PERUBAHAN AKHLAK ANAK TPA AL-HIDAYAH DESA SUMBERJO KECAMATAN WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan
Judul
Judul merupakan hal yang sangat
penting dalam suatu karya ilmiah, sebab bahan kajian selanjutnya ada di dalam
judul itu sendiri. Untuk itu, agar pembahasan lebih lanjut dapat terarah dan
terhindar dari perbedaan persepsi, dirasa perlu memberikan pengertian terhadap
judul skripsi ini, yaitu “PERANAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PERUBAHAN AKHLAK
ANAK TPA AL-HIDAYAH DESA SUMBERJO KECAMATAN WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR”
sebagai berikut:
- Peranan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
“Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.”[1]
Sedangkan “Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.”[2]
Jadi peranan disini adalah bagian
dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh orang tua.
2. Bimbingan
Bimbingan adalah “Memberi penjelasan
lebih dulu (sesuatu yang akan dirundingkan dsb)” [3].
Bimbingan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah petunjuk (penjelasan) dan
tuntutan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak agar putra-putrinya tersebut
memiliki akhlak dan kepribadian yang baik.
3.
Orang Tua
Menurut Syaiful Bahari Djamarah “Orang
tua adalah pendidik dalam keluarga. Orang tua merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak-anak mereka. Dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Oleh karena itu, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga”. [4]
Dalam penelitian ini
orang tua adalah orang yang memberikan bimbingan terhadap nilai-nilai kepada
para anak TPA AL-HIDAYAH di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur.
4. Perubahan Akhlak
Perubahan berasal
dari kata ubah yang berarti menjadi lain (berbeda) dari semula. Jadi perubahan
dapat diartikan suatu proses perpindahan dari sesuatu yang baik menjadi tidak
baik atau sebaliknya.
Sedangkan Akhlak menurut Al-Ghazali
dalam bukunya yang ditulis Drs. H. Abuddin Nata, MA dijelaskan bahwa akhlak
adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. [5]
Dari pendapat di
atas terlihat jelas bahwa akhlak adalah sifat pembawaan pada seorang anak yang
memiliki kecenderungan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilakukan
sehari-hari.
Jadi yang dimaksud
dengan perubahan akhlak disini adalah proses perpindahan sifat pembawaan
seorang anak dari yang biasanya menjadi lebih baik didalam kehidupan
sehari-harinya.
5. Anak TPA
Dalam pandangan Islam, anak pada hakikatnya adalah
sumber kebahagiaan keluarga, karunia Allah SWT, penerus generasi keturunan,pelestari
pahala orang tua, amanat Allah dan makhluk independen, yang memerlukan
bimbingan dan pengarahan dari orang tuanya.[6]
Pelaksanaan pendidikan agama bagi anak dapat
dilaksanakan di lembaga pendidikan formal, lembaga pendidikan non formal dan
lembaga pendidikan informal (UU.RI No. 20 Th. 2003 Bab VI tentang Jalur,
Jenjang dan Jenis Pendidikan, Pasal 13 ayat 1).[7]
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan disekolah dan pendidikan
non formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan diluar sekolah, sedangkan
pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga.
Pendidikan agama bagi anak, dalam arti pembinaan
kepribadian sebenarnya dimulai sejak
anak lahir, bahkan ketika masih dalam kandungan. Keadaan orang tua, ketika
anak dalam kandungan mempengaruhi jiwa anak yang akan lahir nantinya. Oleh
karena itu, keadaan orang tua dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam pembinaan akhlak anak.
Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA) : “Lembaga
Pendidikan dan pengajaran Al Qur'an untuk anak usia sekolah dasar (7-12 tahun)".[8]
Jadi anak TPA yang
dimaksudkan disini adalah anak yang berusia 7 – 12 tahun yang menempuh
pendidikan agama di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) Al-Hidayah Desa Sumberjo
Kecamatan Way Jepara.
Berdasarkan
penjelasan judul di atas maka yang di maksud dengan judul ini adalah bahwa
penulis ingin meneliti peranan bimbingan orang tua terhadap perubahan akhlak
anak-anaknya yang menempuh pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)
Al-Hidayah Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur.
B.
Alasan Memilih Judul
Adapun alasan memilih judul dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Orang tua adalah pemantau arah pada anaknya, bahkan
anak adalah obyek yang akan dijadikan apa oleh orang tuanya, baik buruknya
akhlak anak tergantung pada orang tuanya.
2.
Anak merupakan generasi awal penerus yang diharapkan
dapat meneruskan perjuangan dan pembangunan sebuah daerah, bahkan bangsa dan
Negara. Oleh karena itu para anak perlu dibimbing dan diarahkan.
3.
Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan akan
menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan orang tua pada umumnya.
C.
Latar Belakang Masalah
Agama islam sangat erat sekali
kaitannya dengan pendidikan pada umumnya. Pendidikan islam bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan manusia terhadap Allah SWT. Tujuan pendidikan islam yang
sejalan dengan misi islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai
akhlakul karimah. Adapun tujuan utama dari pendidikan islam adalah pembentukan
akhlak yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang bersih,
kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi. Tujuan
pendidikan islam adalah pembentukan akhlak yang dilakukan melalui proses
pembinaan secara bertahap.
Akhlak merupakan salah
satu masalah pokok yang terkandung dalam ajaran Islam, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :
Artinya : “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk memperbaiki akhlak (HR.
Ahmad dan Baihaki)”. [9]
Berdasarkan pada
hadits tersebut diatas jelaslah bahwa Rasulullah SAW diutus untuk
menyempurnakan akhlak, maka seharusnya umat Islam dapat mengikuti akhlak
Rasulullah SAW.
Menurut Ibrahim Anis mengatakan
akhlak ialah “ilmu yang obyeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan
perbuatan manusia dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.”[10]
Ahmad Amin menambahkan bahwa “akhlak
merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan setiap manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju setiap
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.”[11]
Dari pendapat diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang ada dalam jiwa seseorang yang
berkaitan dengan perbuatan manusia dan dapat disifati baik buruknya untuk
kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.
Faktor kemulian
akhlak dalam pendidikan islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan islam berfungsi menyiapkan
manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan di
akhirat.
Pendidikan agama yang baik dalam
keluarga adalah salah satu contoh perhatian orang tua terhadap anak agar dapat
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bermoral.
Keluarga adalah suatu institusi yang
terbentuk karena suatu ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk
hidup bersama seia sekata, seiring sejalan dalam membina mahligai rumah tangga
untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dan ridha Allah SWT.
“Keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang bersifat informal yaitu pendidikan yang tidak mempunyai program
yang jelas dan resmi, selain itu keluarga juga merupakan lembaga yang bersifat
kodrati, karena terdapatnya hubungan darah antara pendidik dan anak didiknya.[12]
Di dalamnya selain ada ayah dan ibu juga ada anak menjadi tanggung jawab orang
tua.
Menurut Zuhairini dkk bahwa “Pendidikan
keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama, tempat anak didik pertama-tama
menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau anggota keluarga lainnya.”[13]
Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik
pada usia yang masih muda dan selalu membimbing kearah akhlak yang baik, karena
pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikan (orang tua dan
anggota lain). Akhlak anak akan baik jika selalu dibimbing oleh orang tua.
Bimbingan penyuluhan adalah bantuan
yang diberikan kepada seorang agar perkembangan potensi-potensi yang dimiliki,
mengenali diri sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan
sendiri jalan hidupnya secara tanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas,
indikator bimbingan orang tua dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan orang tua terhadap anak-anaknya dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Bimbingan orang tua untuk mengamalkan akhlak yang baik
didalam membaca Al Qur’an.
Manusia dalam menuju kedewasaannya
memerlukan bermacam-macam proses yang diperankan oleh bapak ibu dalam
lingkungan keluarga. Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya
selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung
jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam.
Konteksnya dengan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua
adalah pendidikan pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak orang tua adalah
model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model seharusnya orang tua
memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku
orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu islam mengajarkan
kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada
anak mereka. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim yang terdapat
dalam buku 60 Kiat Menjadi Anak Milenium, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
Akhlakul karimah ada
sepuluh macam, yaitu jujur dalam berbicara, pemberani, selalu memberi yang
meminta, selalu membalas perbuatan baik, bersilaturrahmi, memelihara hak-hak
tetangga dan teman, menghormati tamu, dan yang paling utama di antaranya
semuanya adalah malu. [14]
Orang tua juga
mempunyai kewajiban terhadap anak selain mendidik juga memberikan adab
(akhlak). Hak anak terhadap ayahnya adalah ayahnya memberikan nama yang baik
dan membina adab. Oleh sebab itu perlunya orang tua memberikan bimbingan kepada
anaknya tentang akhlak-akhlak yang baik.
Taman Pendidikan
Al-Quran (TPA) adalah salah satu lembaga Pendidikan non Formal yang dikhususkan
untuk anak-anak dan remaja Islam yang diharapkan mampu menampung hasrat dan
keperluan Agama Islam dalam mengajarkan Al-Qur'an dan akhlakul karimah kepada
anak-anak dan generasi penerus Islam dengan tanpa beban yang menitik beratkan
kepada mereka, sebab materi pelajaran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) di
format sedemikian rupa sehingga tampak mudah dan mempunyai daya tarik sendiri
bagi anak-anak.
Dasar didirikan
sebuah lembaga pendidikan TPA adalah firman Allah SWT pada Qur’an Surat
At-Tahrim ayat 6 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% öä3|¡àÿRr& öä3Î=÷dr&ur #Y$tR
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim : 6)”.[15]
Sebagai realisasi menjaga diri dan keluarga dari api neraka, tidak ada lain
adalah melalui pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an sedini mungkin.
Berdasarkan firman Allah SWT diatas, ulama Ibnu Khaldun menegaskan akan
pentingnya mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. la
menjelaskan bahwa pengajaran Al-Qur'an itu merupakan pondasi pengajaran bagi
seluruh kurikulum, sebab Al-Qur'an merupakan salah satu "Syi'ar
Ad-din" yang menguatkan aqidah dan mengkokohkan keimanan.[16]
Dari maqalah Ibnu
Khaldun dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca Al-Qur'an haruslah mendapat
prioritas yang pertama diajarkan kepada anak. Lisan yang sudah mampu membaca
Al-Qur'an dan menjadikannya sebagai bacaan sehari-hari secara otomatis aqidah
mengalir dan tertanam kokoh dalam kalbunya. Inilah pentingnya keberadaan TPA
yang berusaha menanamkan kecintaan dan kemampuan membaca Al-Qur'an kepada anak
didik sedini mungkin.
Didalam membaca Al
Qur’an terdapat adab-adab (akhlak) yang harus diketahui bagi yang
melaksanakannya. Sehingga didalam membaca Al Qur’an tidaklah sembarangan saja.
Sehingga akhlak yang
dikaji dalam skripsi ini adalah akhlak mulia pembacaan Al Qur’an yang meliputi:
1. Membaca
Al qur’an dengan khusuk serta menghayati kandungan dalam tiap ayatnya.
2. Membaca
Al Qur’an dengan kaidah tajwid.
3. Dalam
keadaan suci pada saat membaca Al Qur’an (berwudhu terlebih dahulu).
4. Membaca
isti’adzah dan basmalah sebelum membacanya dan diakhiri oleh do’a.
Tabel.
1
Data
tentang Peranan Bimbingan Orang Tua Terhadap Akhlak Anak TPA Al-Hidayah di Desa
Sumberjo Kecamatan Way Jepara
Kabupaten
Lampung Timur
No
|
Nama Orang Tua
|
Bimbingan Orang Tua
|
Nama Anak
|
Akhlak Anak
|
1.
|
Bangi
|
Baik
|
Muhammad Romdoni
|
Sedang
|
2.
|
Zainal Ma’arif
|
Sedang
|
Syaiful Kirom
|
Sedang
|
3.
|
Maliki
|
Baik
|
Muhammad Rifa’i
|
Kurang
|
4.
|
Indratmo
|
Baik
|
Desi Swardana
|
Sedang
|
5.
|
Supriyanto
|
Sedang
|
Galih Saputra
|
Kurang
|
6.
|
Goren
|
Sedang
|
Epi Putri Rahma
|
Sedang
|
7.
|
Mustaqim
|
Sedang
|
Bambang Imam
Hadi
|
Kurang
|
8.
|
Badri
|
Baik
|
Habibah Wulan
|
Sedang
|
9.
|
Sugito
|
Sedang
|
Irul Setiawan
|
Kurang
|
10.
|
H. Supromono
|
Baik
|
Lia Wulandari
|
Sedang
|
Sumber: Observasi di Desa Sumberjo
Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, diambil tanggal 27 Maret 2014.
Kriteria bimbingan orang tua di antaranya adalah:
1.
Baik : Selalu mengarahkan, memberikan contoh dan
menasehati anaknya untuk melaksanakan adab (akhlak) membaca Al Qur’an.
2.
Sedang : Kadang mengarahkan, memberikan contoh dan
menasehati anaknya untuk melaksanakan adab (akhlak) membaca Al Qur’an.
3.
Kurang : Tidak pernah selalu mengarahkan, memberikan
contoh dan menasehati anaknya untuk melaksanakan adab (akhlak) membaca Al
Qur’an.
Akhlak
anak di antaranya:
1.
Baik : Membaca
Al Qur’an dengan khusuk, sesuai kaidah tajwid, dalam keadaan suci, serta
membaca basmalah dan berdo’a setelahnya.
2.
Sedang : Membaca
Al Qur’an dalam keadaan suci dan membaca basmalah dan berdo’a setelahnya.
3.
Kurang : Tidak membaca Al Qur’an dengan khusuk,
sesuai kaidah tajwid, dalam keadaan suci, serta membaca basmalah dan berdo’a
setelahnya.
Atas dasar
kesenjangan tersebut, maka penulis memandang perlu untuk menyusun penelitian
ini dengan judul Peranan Bimbingan Orang Tua Terhadap Perubahan Akhlak Anak TPA
Al-Hidayah di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Tahun
2014.
D.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil
prasurvey diatas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :
1.
Orang tua yang tidak memberikan contoh perilaku akhlak yang baik kepada
anak-anaknya didalam kehidupan sehari-hari.
2.
Orang tua yang memiliki akhlak yang baik tetapi kurang memperhatikan dan
memberikan bimbingan akhlak kepada anak-anaknya disebabkan terlalu sibuknya
dengan aktivitas dengan cara menitipkan anaknya kepada lembaga pendidikan agama
seperti TPA memanggil guru ngaji.
3.
Anak adalah sosok yang cenderung untuk meniru sesorang dalam menentukan
jati dirinya, sehingga orang tua adalah panutan utama yang akan ditiru oleh
anak tersebut.
4.
Terdapat anak-anak TPA Al-Hidayah yang kurang memahami akhlak yang baik dalam membaca Al
Qur’an.
E.
Batasan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang
akan diteliti, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai
berikut:
1.
Bimbingan orang tua yang akan dibahas disini adalah bimbingan
orang tua terhadap perubahan akhlak anaknya yang belajar di TPA Al-Hidayah Desa Sumberjo
Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014
dalam membaca Al Qur’an.
2.
Bimbingan ini berupa bimbingan orang tua kepada
anaknya dalam
hal membaca Al qur’an dengan khusuk serta menghayati kandungan dalam tiap
ayatnya, membaca Al Qur’an dengan kaidah
tajwid, dalam keadaan suci pada saat membaca Al Qur’an (berwudhu terlebih
dahulu), membaca isti’adzah dan basmalah sebelum membacanya dan diakhiri oleh
do’a.
3.
Perubahan akhlak
anak yang dikaji didalam skripsi ini berupa anak dapat mengerti dan
melaksanakan akhlak yang baik secara berkelanjutan hingga ia dewasa nantinya.
F.
Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan batasan masalah serta latar
belakang masalah diatas, maka dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
“Adakah
peranan bimbingan orang tua terhadap perubahan akhlak anak TPA Al-Hidayah Desa
Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur ?”
G.
Hipotesis
Untuk mendasari dalam pengajuan
hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa
pengertian dari hipotesis itu sendiri berdasarkan teori dari beberapa ahli, hal
ini agar diperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan
hipotesis.
Hipotesis memang bukanlah suatu keharusan dalam sebuah atau serangkaian
penelitian, karena untuk penelitian-penelitian tertentu hipotesis tidak
diperlukan, walaupun itu tetap bukan suatu keharusan, hal ini mungkin
tergantung kepada jenis penelitian atau tergantung kepada maksud atau tujuan
dari pada penelitian yang dilakukan.
Hipotesis merupakan “Jawaban
sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang
diajukan dalam penelitian.”[17]
Kemudian selanjutnya Marzuki memberi
batasan pengertian hipotesis, yang mengatakan “Hipotesis adalah dugaan yang
mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan
akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.”[18]
Sedangkan Nasution berpendapat bahwa
“Hipotesis adalah pernyataan tentative yang akan diajukan, yang merupakan
dugaan atau tekanan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya.[19]
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yaitu dugaan sementara dari
peneliti, dan untuk mengetahui kebenarannya, harus diuji terlebih dahulu, yang
penguji tersebut harus didukung oleh data dan fakta hasil penelitian yang dapat
dipertanggung jawabkan akan kebenarannya.
Berdasarkan definisi hipotesis di
atas, penulis kemukakan hipotesis dalam Skripsi ini sebagai berikut: “Bimbingan orang tua mempunyai peranan dalam perubahan
akhlak anak di TPA Al-Hidayah Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2014”
H.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui apakah ada peranan bimbingan orang tua terhadap perubahan akhlak
anak TPA Al-Hidayah di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2014.
2.
Kegunaan Penelitian
a.
Agar orang
tua menyadari akan tanggung jawabnya dalam membimbing akhlak anak-anaknya sejak
usia dini.
b.
Sebagai
bahan masukan awal bagi penelitian lain yang berminat dalam mengkaji
permasalahan yang sama atau yang releven dengan permasalahan yang dibahas dalam
skripsi ini.
c.
Bagi
penulis sendiri dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang
diperoleh selama penulis mengikuti pendidikan, dan sekaligus pula dalam
memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program sarjana strata
satu di Institut Agama Islam Ma’arif (IAIM) Metro Tahun Akademik 2013/2014.
I.
Metodologi Penelitian
Metode
penelitian sangat bergantung pada pokok permasalahan dan sifat dari penelitian
tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan data yang obyektif bagi suatu penelitian
maka setiap penelitian ilmiah harus menggunakan suatu metode penelitian
tertentu. Guna memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, diperlukan
metode yang tepat. Dalam pengumpulan data untuk penelitian in, maka dikemukakan
beberapa hal di bawah ini :
1. Sifat dan Jenis Penelitian
a.
Sifat Penelitian
Sifat penelitian
ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif yaitu “Penelitian yang dilakukan
pada populasi besar maupun kecil dan mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang situasi sosial”.[20]
b. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian korelasi dengan tujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan
apabila ada berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Penelitian
yang penulis lakukan adalah “penelitian lapangan (field research) yang bersifat
deskriptif, menurut Koentjaraningrat adalah menggambarkan secara tepat
sifat-sifat sutau individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu atau untuk
menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara satu dengan gejala yang
lainnya.[21]
Dipilihnya
jenis dan sifat penelitian ini karena penulis ingin memperoleh gambaran yang
tepat mengenai Peranan orang tua dalam membimbing perubahan akhlak anak TPA
Al-Hidayah di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Tahun
2014.
2.
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi
menurut Kartini Kartono yaitu sejumlah individu-individu dari
mana sampel diambil.[22]
Dengan
demikian yang menjadi populasi adalah seluruh anak yang menempuh pendidikan di
TPA Al-Hidayah yang berada di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2014 yang berjumlah 26 anak dengan rincian terdiri dari 16
putri dan 10 putra.
b. Sampel
Sampel menurut Sutrisno Hadi adalah
bagian dari populasi yang mencerminkan populasi atau penduduk yang akan
diselidiki yang kurang dari populasi.[23]
Dari pendapat tersebut, dapat
dipahami bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Untuk
menentukan besar kecilnya sampel, maka penulis berpedoman kepada pendapat
Suharsimi Arikunto yang memberikan ketetuan “subyek yang kurang dari 100 lebih
baik diambil semua dna jika subyeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 %
atau lebih.”[24]
Jadi dalam penelitian ini penulis
menggunakan seluruh subjek karena subjek kurang dari 100, yaitu anak yang
menempuh pendidikan di TPA Al-Hidayah Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara
Kabupaten Lampung Timur yang secara
keseluruhan berjumlah 26 orang, maka penelitiannya adalah penelitian sampel
total.
3.
Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian ada kegiatan
yang harus ditempuh oleh peneliti, yaitu kegiatan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian. Adapun dalam memperoleh ataupun mengumpulkan data
penulis menggunakan beberapa metode, yang antara lain adalah :
a. Metode Kuisioner atau Angket
Menurut
Koentjaraningrat, kuesioner adalah “suatu metode atau cara yang berupa daftar
pertanyaan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban
responden”.[25]
Kuesioner ada dua
macam, yaitu langsung dan tak langsung seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno
Hadi berikut ini :
Disebut kuesioner langsung jika data
pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang ingin diminta pendapat
meyakinkannya atau dimintai menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri,
sebaliknya jika daftar pertanyaan tersebut dikirim kepada seseorang yang diminta
menceritakan orang lain maka disebut kuesioner tak langsung.[26]
Metode kuesioner
ini penulis gunakan sebagai pokok dengan menggunakan kuesioner langsung dan tak
langsung. Daftar pertanyaan berbentuk multiple choice dengan alternatif pilihan
lebih dari 2 (dua).
Metode kuesioner ini
ditujukan kepada anak TPA Al-Hidayah, penulis menggunakan kuesioner langsung
karena penulis bermaksud menggali dan merekam informasi langsung mengenai
akhlak anak TPA Al-Hidayah di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur. Sedangkan kuesioner tak langsung digunakan untuk menggali dan
merekam informasi tentang bimbingan orang tua terhadap anak-anak mereka.
b. Metode Observasi
Metode observasi
adalah pengamatan secara langsung tentang fenomena-fenomena obyek yang diteliti,
sebagaimana yang dikemukaakn oleh Sutrisno hadi “sebagai metode ilmiah
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki.”[27]
Dari pendapat di
atas jelaslah bahwa observasi merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Sedangkan
observasi yang penulis pergunakan adalah observasi non partisipan, yaitu
penulis tidak terdapat dalam unsur yang diselidiki. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sutrisno Hadi yang mengatakan “jika unsur partisipan sama sekali tidak terdapat
di dalamnya, observasi itu disebut non partisipan observasi.”[28]
Metode observasi
itu penulis pergunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum daerah
penelitian, dan bentuk-bentuk bimbingan akhlak yang dilakukan orang tua Desa
Sumberjo Kecamatan Way Jepara Kecamatan Lampung Timur.
c. Metode
Interview atau Wawancara
Wawancara menurut
Burhan Bungin adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai”.[29]
Interview sebagai suatu proses tanya jawab lisan.
Dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat
melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya,
nampaknya merupakan alat pengumpul informasi yang langsung tentang beberapa
jenis data sosial baik yang terpendam maupun yang memanifestasi.[30]
Berdasarkan kutipan
di atas, yang dimaksud dengan metode interview adalah metode yang dapat
digunakan untuk memperoleh data yang valid secara langsung meminta
keterangan-keterangan dari pihak yang diwawancarai.
Metode interview
penulis pergunakan sebagai metode pelengkap, yang ditujukan kepada perwakilan
orang tua dari salah satu anak TPA Al-Hidayah untuk mengetahui data tentang
bentuk bimbingan akhlak yang di lakukan di Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara
Kabupaten Lampung Timur. Sedangkan interview dengan tim pengajar di TPA
Al-Hidayah yaitu Bapak Bahid Yunus untuk memperoleh data kegiatan anak TPA
Al-Hidayah dalam sehari-harinya mengenai pengetahuan keagamaan mereka, dengan
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kerangka dalam sehari-hari, dengan
mengajukan pertanyaan sesuai dengan kerangka pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya
dan kepada yang diwawancarai diberikan kebebasan mengemukakan argumen atau
jawabannya.
Hal
ini disebut sebagai interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antar interview
bebas dan interview terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara hanya
membawa pedoman yang hanya merumuskan garis besar tentang hal-hal yang akan
ditanyakan.
d. Metode
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
“metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis atau
dokumen-dokumen, baik berupa buku-buku, majalah,peraturan-peraturan, notulen,
rapat, catatan harian, dan sebagainya”.[31]
Metode dokumentasi
ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya, letak
geografis, struktur organisasi dan lain-lainnya mengenai TPA Al-Hidayah Desa Sumberjo Kecamatan Way Jepara
Kabupaten Lampung Timur.
4. Metode
Analisis Data
Data-data
yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisa, analisa data digunakan
untuk memperoleh hasil penelitian. Analisa data yang dipergunakan dalam
penelitian adalah analisa kualitatif. Menurut Koentjaraningrat analisa
kualitatif digunakan karena “...Data yang dikumpulkan hanya sedikit bersifat
monografis atau berujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun dalam struktur
klasifikatoris...”[32]
Adapun
langkah-langkah yang digunakan adalah :
a. Editing yakni mengecek
kembali hasil jawaban yang diajukan kepada responden sesuai dengan alternatif
jawaban.
b. Klasifikasi yakni
menggabungkan hasil jawaban sesuai dengan kuesioner dimana jawaban akan
dihitung dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat yaitu :
Keterangan :
: Chi
Kuadrat
: Frekuensi
yang diperoleh observasi dalam sample
: Frekuensi
yang diharapkan dalam sample pencerminan dari frekuensi yang dharapkan dalam
populasi.[33]
c. Tabulasi, yaitu memasukkan
data yang telah dihitung Chi Kuadrat ke dalam sebuah tabel sehingga memudahkan
dalam memberikan interpretasi atau penafsiran.
Hasil yang
diperoleh dari perhitungan data kemudian dimasukkan ke dalam rumus Koefisien
Kontingensi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang didapat:
KK =
Keterangan :
KK : Koefisien
Kontingensi
: Chi
Kuadrat
N : Jumlah
sampel penelitian
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 1990, hlm. 667
[2] Ibid, hlm. 667
[3] Ibid. hlm. 160.
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Pola
Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidika
Islam, Jakarta: Rineka Cipta. 2004. hlm. 85.
[5] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,
Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2000. hlm. 4.
[6] M. Nipan Abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2001, hlm 1-2
[7] Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang System
Pendidikan Nasinal, Bandung,
Fokusmedia, 2003, hlm. 11
[8] As’ad Human, Pedoman
Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan Membaca Menulis dan Memahami Al-Qur’an.
Balai Litbang LPTQ Nasional, Yogyakarta, 2001.
hlm 7
[9] Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi,
Jamius Shaghiir, darul Kitab, Al-Arabi, 1967, hlm. 103
[10] M, Yatimin Abdullah, Studi
Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an, Amzah, Jakarta, 2007, hlm. 3
[11] Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak,
Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 15
[12] Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi
Remaja. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008. hlm. 66-67
[13] Zuhairini dkk, Metodik khusus
Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya,
1993. hlm. 182
[14] Muhtar, Ratih Kusuma Inten Pamastri, 60 Kiat Menjadi Remaja Milenium Panduan Berbasis Akhlakul Karimah. Jakarta: Rakasta
Samasta. 2003. hlm. 35-36.
[15] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta,
1984, hlm. 951
[16] As’ad Human, dkk, Op. Cit,
hlm. 9
[19] Nasution, Metode Research, Jemmars, Bandung, 1982, hlm 49
[20] S. Nasution, Metode Research
(Penelitian Ilmiah), Bumi Aksara, Jakarta,
2006, hlm. 24
[21] Koentjoronongrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia,
Jakarta, 1991,
hlm. 29
[23] Sutrisno Hadi, Metodologi
Research, Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, hlm. 220
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 107
[29] Burhan Mungin, Metodologi
Penelitian Sosial,Eirlangga, University Press, Surabaya, 2001, hlm. 133
[31] S. Nasution, Op. Cit hlm.
108
[33] Sutrisno Hadi, Statistika 2,
Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1986, hlm. 317