[SKRIPSI] Pengaruh Profesionalitas Guru Agama Islam Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan
Sobat New Generations....
ini saya kasih skripsi bikinan ane
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah
Untuk memberi gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi yang berjudul “PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMPN 1 SUKADANA KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015”, penulis perlu memberi penegasan dari pengertian istilah judul skripsi tersebut, sebagai berikut :
1.
Pengaruh
Pengaruh menurut
kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kembang yang artinya
mekar, terbuka menjadi bertambah sempurna (pribadi, pemikiran, pengetahuan)
menjadi banyak. Dengan demikian bahwa Pengaruh adalah berarti perbuatan
mengembangkan atau menjadikan sesuatu lebih baik atau sempurna.[1]
Maksudnya disini adalah suatu proses atau perbuatan untuk mengembangkan kinerja
profesi guru agama Islam.
2.
Kompetensi Profesional
Kompetensi
berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut
kamus bahasa Indonesia,
kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan suatu hal.[2]
Profesional berarti kemampuan seorang pendidik
mengaplikasikan dan memanfaatkan situasi belajar mengajar dengan menggunakan
prinsip-prinsip dan tehnik penyajian bahan pelajaran yang telah disiapkan secara
matang, sehingga dapat diserap peserta didiknya dengan mudah.[3]
Jadi dari pengertian diatas penulis menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan seorang
pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan oleh standar pendidikan.
3.
Guru Pendidikan Agama Islam
Kata Guru Agama Islam adalah “tenaga
pendidik yang mentransferkan ilmunya kepada peserta didik untuk menciptakan
anak didik menjadi anak yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Allah
menurut ajaran Islam”[4]
Kemudian menurut Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama
Islam adalah “Usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik /siswa agar
kelak selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamal;kan ajaran-ajaran agama
Islam serta menjadikannya sebagai Way of life (jalan hidup)”[5]
Jadi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam dalam
adalah bidang studi yang diberikan kepada murid sekolah terutama yang berhubungan
dengan hasil belajar, dan kemudian setelah anak tersebut telah keluar dari
lembaga pendidikan dapat memahami dan mengamalkan serta menjadikan sebagai
jalan kehidupan ditengah keluarga dan masyarakat.
4.
Motivasi
Belajar Siswa
Adapun
pengertian motivasi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, adalah “keinginan atau dorongan yang
timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan
sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu”.[6]
Dengan
demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai
5.
SMPN
1 Sukadana
SMPN 1
Sukadana adalah lembaga pendidikan pertama setingkat MTs untuk anak-anak
yang berumur 13
sampai dengan 16
tahun, yang terletak di Sukadana
Lampung Timur.
Berdasarkan pada pengertian istilah-istilah di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan judul Pengaruh Profesionalitas
Guru Agama Islam Terhadap
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun
Pelajaran 2014/2015 adalah sebuah upaya untuk mengamati dan melihat
secara langsung setiap kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Alasan Memilih Judul
Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk
memilih judul “PENGARUH KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA DI SMPN 1 SUKADANA KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015”,
diantaranya yaitu :
1. Mempertegas persepsi bahwa guru yang
profesional selalu mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar,
menguasai apa yang akan disajikan dan bertanggung jawab atas semua yang
diajarkan serta segala tingkah lakunya.
2. Profesi guru Pendidikan agama Islam
selain sebagai pendidik siswa juga memberikan pendidikan tentang agama yang
wajib di jalankan oleh setiap manusia, dengan cara tersebut diharapkan menjadi
satu paket pengajaran yang dapat di transfer kepada anak didiknya secara
langsung.
C. Latar Belakang Masalah
Profesi guru pada saat
ini masih banyak dibicarakan orang atau masih saja dipertanyakan orang, baik
dikalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Selama
dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media masa khususnya media masa
cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya
berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang
sifatnya sangat pribadi sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu
membela diri.
Masyarakat atau orang
tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten,
tidak berkualitas dan bahkan pada kenyataannya dilapangan banyak oknum yang
berprofesi guru melakukan tindakan asusila atau tindak pidana lainnya. Sikap
prilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada
sebagian kecil oknum guru yang melanggar/ menyimpang dari kode etiknya.
Guru adalah pendidik profesional dengan indikator utama sebagai berikut:
a.
Mendidik
b.
Mengajar
c.
Membimbing
d.
Mengarahkan
e.
Melatih
f.
menilai, dan
g.
mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal,I : I). [7]
Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik
potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik. Guru juga
berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan
serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan ia
mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. 6
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional
membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu
pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilaia ajaran
agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai
dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru
menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.7
Allah berfirman
dalam Al-Qur’an, sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya
Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di
antara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada
mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata (QS. Ali Imran, 3 : 164) 8
Dari ayat
di atas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa Rasulullah selain Nabi juga
sebagai pendidik (guru). Oleh karena itu tugas utama guru menurut ayat tersebut
adalah:
1.
Penyucian, yakni Pengaruh, pembersihan dan pengangkatan
jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar
tetap berada pada fitrah.
2.
Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan
akidah kepada akal dan hati kaum Muslimin agar mereka merealisasikannya dalam
tingkat laku kehidupan.
Jadi tugas guru dalam Islam tidak hanya mengajar dalam
kelas, tetapi juga sebagai norm drager (pembawa norma) agama di
tengah-tengah masyarakat. Jika manusia lahir membawa kebaikan-kebaikan (fitrah)
maka tugas pendidikan harus mengembangkan elemen-elemen (baik) tersebut yang
dibawanya sejak lahir. Dengan begitu apapun yang di ajarkan di sekolah jangan
sampai bertentangan dengen prinsip-prinsip fitrahnya tersebut. Oleh karena itu
fitrah harus tetap dikembangkan dan
dilestarikan.
Ada penyebab yang khas mengapa orang begitu
terhipnotis untuk menghargai guru yaitu karena adanya pandangan dalam Islam
bahwa ilmu itu sumbernya dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 32: 9
Artinya : “Mereka
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Ilmu datang dari Tuhan, dengan demikian pendidik
pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini dalam Islam telah
melahirkan sikap bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah dan guru, maka wajar
kalau kedudukan guru amat tinggi dalam Islam. Hubungan guru dan anak didik
dalam Islam tidak berdasarkan untung rugi. Hubungan guru dengan anak didik
dalam Islam adalah suatu hubungan keagamaan,
suatu hubungan yang bersumber dari Allah.
Pada lazimnya pendidikan dipahami sebagai fenomena
individual di satu pihak dan fenomena sosial di pihak lain. seorang guru akan
terbantu jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah
manusia, sebagaimana seorang pelukis atau pandai besi yang harus memahami
karakteristik material yang dihadapinya. Praktek pendidikan akan menemui
kegagalan kecuali jika dibangun di atas konsep yang jelas tentang fitrah
manusia.
Dalam
proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap prestasi
belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi siswa yang memiliki
intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab
hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya,
bila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata
kesalahan siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam membangkitkan
motivasi siswa.
Perhatian
siswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti
penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan pertanyaan kepada
siswa, membuat variasi belajar pada siswa, melakukan pengulangan informasi yang
berbeda dengan cara sebelumnya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain
sehingga siswa tidak bosan. Dan ada beberapa motivasi yang digunakan guru
terhadap bahan pelajaran agar siswa tidak merasa bosan, seperti : memberikan
hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberikan angka atau penilaian, memberikan tugas
dan hukuman.
Motivasi
yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang
tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat belajar mempunyai
hubungan yang erat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar bahwa : “Dalam kegiatan belajar, maka
motivasi menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.”[8]
Motivasi
sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam
proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu pula kualitas hasil belajar
siswa dapat diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai
motivasi yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajarnya.[9]
Tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar.
Bahkan pada saat ini kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi
tidak hanya dalam belajar.[10]
Berdasarkan
hasil prasurvey sebagai langkah awal dari kegiatan penelitian yang penulis
lakukan di SMPN 1 Sukadana diperoleh gambaran bahwa sebagian guru sudah berusaha untuk mengembangkan
profesionalitas kerja mereka, namun motivasi belajar siswa
belum meningkat.
Tabel 1
Data Prasurvey Profesionalitas Guru Agama Islam
No
|
Kompetensi
Profesional Guru
|
Keterangan
|
||
Dilakukan
|
Kadang-kadang
|
Tidak
|
||
1
|
Mengajar sesuai dengan
bidang kependidikan yang dimiliki
|
√
|
||
2
|
Mengajar sesuai dengan
kriteria maksimal 24 jam dalam 1 minggu
|
√
|
||
3
|
Berkomunikasi aktif dengan
Kepala Madrasah
|
√
|
||
4
|
Menggukana metode mengajar
yang bervariasi
|
√
|
||
5
|
Memilih buku yang
diperlukan bagi murid
|
√
|
||
6
|
Membimbing murid pada saat
pembelajaran di kelas
|
√
|
||
7
|
Menggunakan media
pembelajaran (alat bantu ajar) dalam memberikan pemahaman lebih di kelas
|
√
|
||
8
|
Melaksanakan tugas guru
dalam susunan organisasi dan bekerja sama dengan guru lain dalam penyusunan
kurikulum
|
√
|
||
9
|
Menyiapkan
instrumen-instrumen pembelajaran
|
√
|
||
10
|
Mengadakan evaluasi belajar
sebagai perbaikan hasil belajar siswa
|
√
|
||
11
|
Mendiskusikan kesulitan
belajar siswa dengan guru lain dan Kepala Madrasah
|
√
|
||
12
|
Menggunakan perangkat audio
visual dalam mengajar
|
√
|
||
13
|
Mengadakan tes berstandar
bagi siswa
|
√
|
||
14
|
Mengenal kemampuan anak
didik
|
√
|
||
15
|
Mengenal penyelenggaraan
administrasi sekolah
|
√
|
Sumber : Hasil Pra Survey tanggal
3 Januari 2014
Tabel 2
Data Prasurvey Motivasi Belajar Siswa
No
|
Nama Siswa
|
Motivasi Belajar Siswa
|
||
Kognitif
|
Afektif
|
Psikomotorik
|
||
1
|
Siti Hasanah
|
50
|
50
|
80
|
2
|
Nurhasanah
|
80
|
80
|
55
|
3
|
Atmaliyati
|
60
|
90
|
90
|
4
|
Dedi Junaidi
|
70
|
55
|
65
|
5
|
Miftahudin
|
70
|
70
|
50
|
6
|
Zainal Abidin
|
70
|
50
|
70
|
7
|
Munzir
|
60
|
50
|
60
|
8
|
Nurjanah
|
60
|
60
|
50
|
9
|
Siti Maisyaroh
|
70
|
50
|
60
|
10
|
Syamsiah
|
70
|
55
|
55
|
Jumlah
|
Keterangan :
Ø Kriteria Kompetensi Profesional Guru
1.
Mengajar sesuai dengan bidang kependidikan guru.
2.
Mengajar 24 jam dalam seminggu.
3.
Menggunakan metode belajar yang bervariasi.
4.
Menggunakan media pembelajaran dalam memberikan
pemahaman bagi siswa.
5.
Mengadakan evaluasi pembelajaran sebagai perbaikan.
Ø Kriteria Motivasi Belajar Siswa
1.
Baik : Jika
siswa/i selalu mengikuti program sekolah yang telah dijadwalkan dari pihak
sekolah serta menghasilkan yang lebih baik atau 80- 90
2.
Cukup : Jika siswa/i Kadang-kadang mengikuti program
sekolah yang telah dijadwalkan dari pihak sekolah serta menghasikan yang telah
di jadwalkan atau 60-70
3. Kurang
: Tidak mengikuti program yang diselenggarakan
oleh pihak sekolah yang telah ditentukan atau -60 [ kurang dari 60]
Dari keterangan tabel di atas dapat kita lihat bahwa
kenyataan yang ada di lapangan yakni siswa kelas VII SMPN Sukadana, jika dilihat dari hasil Pra survey maka dapat
diketahui bahwa kriteria profesional
guru sudah cukup baik
akan tetapi motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
masih ada yang kurang, dengan demikian perlu diadakan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kompetensi Profesional
Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMPN
1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Di SMPN 1 Sukadana guru-guru juga telah melaksanakan
profesionalisme sebagai tenaga kependidikan meskipun ada beberapa hal yang
belum dilakukan.
Oleh karena itu peneliti berusaha mengetahui antara
profesionalisme dengan kepemimpinan Kepala Madrasah sebagai motivator sekaligus
mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara keduanya.
D. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan yang telah penulis paparkan dalam latar
belakang, maka penulis menyimpulkan beberapa masalah yang akan dijawab dalam
penelitian ini :
1.
Apakah Pengaruh
kompetensi profesional guru agama Islam mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa siswa atau tidak, ataukah sebaliknya?
2. Apakah guru sudah menyampaikan materi
pelajaran dengan baik?
3. Sejauh mana tingkat pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam?
E. Rumusan Masalah
Dari gambaran permasalahan di atas dapat dirumuskan beberapa pokok kajian
yang penting untuk diteliti sebagai berikut:
1.
Bagaimana upaya Pengaruh kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi
belajar siswa di SMPN 1 Sukadana?
2.
Bagaimana dampak Pengaruh kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di SMPN 1 Sukadana?
F. Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi
tingkat kebenarannya”.[12]
Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah
“suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”.[13]
Dengan demikian yang dimaksud hipotesis adalah suatu kesimpulan tetapi kesimpulan ini
masih lemah sehingga masih diujikan kebenarannya melalui penelitian.
Penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut: “Pengaruh kompetensi profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Mampu Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester
Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Penulis
mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Ada Pengaruh kompetensi profesional Guru PAI terhadap
peningkatan Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Ho : Tidak
ada Pengaruh kompetensi profesional Guru PAI terhadap peningkatan Motivasi
Belajar Siswa Di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran
2014/2015.
G. Tujuan dan Kegunaan
1.
Untuk mengetahui upaya Pengaruh kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam di SMPN 1
Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015
2.
Untuk mengetahui dampak Pengaruh kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam terhadap peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun
Pelajaran 2014/2015
Adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah:
1. Sebagai kontribusi ilmu pengetahuan
bagi khasanah keilmuan, khususnya bagi lembaga pendidikan.
2. Sebagai bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya, khususnya dalam permasalahan-permasalahan yang berkaitan profesi
seorang pendidik.
H.
Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
a. Sifat Penelitian
Sifat
penelitian ini bersifat Quantitatif
yaitu penelitian yang banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.[14]
b.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian dengan penggolongan berdasarkan sifat masalah yaitu penelitian
kancah atau lapangan (field research), yaitu sesuai dengan bidangnya,
maka kancah penelitian akan berbeda-beda tempatnya. Penelitian pendidikan
mempunyai kancah bukan saja di sekolah dapat dikeluarga, di masyarakat, di
pabrik, di rumah sakit, asal semuanya mengarah tercapainya tujuan pendidikan”.
Adapun
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di SMPN 1 Sukadana.
2.
Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat dua variabel,
yaitu :
a. Variabel
bebas atau sering disebut sebagai variabel yang mempengaruhi dalam hal ini yang
mempengaruhi adalah :
“Kompetensi Profesional Guru”
b. Variabel
terikat, variabel ini dapat pula disebut sebagai variabel yang dipengaruhi,
dalam hal ini yang dipengaruhi adalah “Motivasi Belajar Siswa”.
3.
Populasi dan Sample
a.
Populasi
Untuk melaksanakan penelitian dengan baik dan terhindar dari data-data
yang relevan dengan permasalahan penelitian maka penulis kemukakan populasi
dalam penelitian ini. Menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah “keseluruhan
subjek penelitian”.[15]
Berdasarkan pendapat diatas maka jumlah populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 36 siswa.
b. Sample
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi,
sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara
tertentu.[16]
Pendapat Suharsimi
Arikunto maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya jika subjeknya
benar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.[17]
Karena jumlah seluruh murid kelas VII di SMPN 1 Sukadana kurang dari 100, yaitu hanya 36 siswa, maka semua dijadikan sample.
4.
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
a.
Metode Interview
Yaitu cara pengumpulan data dengan jalan bertanya jawab kepada sepihak
yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.18 Interview terhadap Kepala Sekolah,
untuk mengetahui sejarah perkembangan SMPN 1 Sukadana yang dipimpinnya.
b.
Metode Observasi
Pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis
fenomena-fenomena yang di selidiki.19
Tujuan penggunaan metode ini adalah agar bisa diperoleh dan diketahui data
sebenarnya. Adapun yang di observasi adalah
semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dan mendidik
murid-murid di SMPN 1 Sukadana tersebut.
c.
Metode Angket
Angket (questioner) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan
tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individual
atau kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu seperti referensi,
keyakinan, minat dan perilaku. 20
Metode angket ini mempunyai empat bentuk, yaitu bentuk terbuka dan
tertutup, bentuk skala, bentuk daftar cek dan bentuk rangking. Dalam penelitian
ini penulis memilih menggunakan angket bentuk skala, karena yang menjadi objek
penelitian adalah penilaian sebuah profesi yang sulit di ukur secara eksak. 21
d.
Metode Dokumentasi
Adalah suatu cara untuk memperoleh data yang bersumber pada data-data
yang tertulis seperti : peraturan-peraturan, raport dan lain-lain. 22 Metode
ini untuk memperoleh data tentang letak geografis, sejarah singkat
berdirinya sekolah dan lain-lain.
5.
Metode Analisa Data
Dalam hal pengolahan
dan analisis data
ini peneliti menggunakan rumus:
Keterangan
:
: Chi Kuadrat
: Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel.
: Frekuensi yang
diharapkan dalam sample sebagai pencerminan dari frekuensi yang diharapkan
dalam populasi.[18]
Setelah
data tersebut dihitung dan dianalisa dengan menggunakan rumus tersebut di atas. Kemudian
langkah selanjutnya adalah melakukan konsultasi dari hasil perhitungan tersebut
dengan harga kritik chi kuadrat table. Dari hasil konsultasi inilah, dapat
diambil suatu kesimpulan sebagai hasil akhir dari pelaksanaan penelitian.
[1] Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997),
hlm. 582.
[2]
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2005, Cet ke 17, hal. 14
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal.203
[5] Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Op Cit, hal. 15
[6] Tim
Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op. Cit, hlm. 243
[7] Zainal
Aqib, Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas
Sekolah, Bandung: Yrama Widya. 2008. hal
149.
7 Ibid, hlm. 156
8
Ibid, hlm. 158
[8] Sardiman
A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : C. V. Rajawali, 1990, Cet. Ke-12,
hal. 75-76
[9] Alisuf
Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta
: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, hal. 82
[10] Imran, Belajar
dan Pembelajaran, Jakarta:
Pustaka Jaya, 2003, hal. 89
[11] Prasurvey, MI Masyariqul Anwar Pugung
Raharjo, tanggal 14 November 2011.
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 110
[16] Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 121
[17] Ali
Muhammad, Penelitian Kependidikan
Prosedur dan Strategi, PN Angkasa, Bandung,
1987, hal. 75
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian (Yogyakarta : Andi Offset,
1999), hlm.170
19
Ibid, hlm 171.
20
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta Grafindo
Persada, 1999), hlm. 181.
21
Ibid, hlm. 185.
22
Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta :
Bumi Aksara, 1999), hlm. 107.