Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

[SKRIPSI] Pengaruh Profesionalitas Guru Agama Islam Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan



Sobat New Generations....
ini saya kasih skripsi bikinan ane 


BAB I
PENDAHULUAN


A.     Penegasan Istilah

Untuk memberi gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi yang berjudul “PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMPN 1 SUKADANA KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015”, penulis perlu memberi penegasan dari pengertian istilah judul skripsi tersebut, sebagai berikut :
1.      Pengaruh
Pengaruh menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kembang yang artinya mekar, terbuka menjadi bertambah sempurna (pribadi, pemikiran, pengetahuan) menjadi banyak. Dengan demikian bahwa Pengaruh adalah berarti perbuatan mengembangkan atau menjadikan sesuatu lebih baik atau sempurna.[1] Maksudnya disini adalah suatu proses atau perbuatan untuk mengembangkan kinerja profesi guru agama Islam.


2.      Kompetensi Profesional
Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.[2]
Profesional berarti kemampuan seorang pendidik mengaplikasikan dan memanfaatkan situasi belajar mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip dan tehnik penyajian bahan pelajaran yang telah disiapkan secara matang, sehingga dapat diserap peserta didiknya dengan mudah.[3] 
Jadi dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan seorang pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh standar pendidikan.

3.      Guru Pendidikan Agama Islam
Kata Guru Agama Islam adalah “tenaga pendidik yang mentransferkan ilmunya kepada peserta didik untuk menciptakan anak didik menjadi anak yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Allah menurut  ajaran Islam”[4]
Kemudian menurut Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama Islam adalah “Usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik /siswa agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamal;kan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai Way of life (jalan hidup)”[5]
Jadi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam dalam adalah bidang studi yang diberikan kepada murid sekolah terutama yang berhubungan dengan hasil belajar, dan kemudian setelah anak tersebut telah keluar dari lembaga pendidikan dapat memahami dan mengamalkan serta menjadikan sebagai jalan kehidupan ditengah keluarga dan masyarakat.

4.      Motivasi Belajar Siswa
Adapun pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, adalah “keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu”.[6]
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

5.      SMPN 1 Sukadana
SMPN 1 Sukadana adalah lembaga pendidikan pertama setingkat MTs untuk  anak-anak  yang  berumur 13  sampai  dengan  16 tahun, yang terletak di Sukadana Lampung Timur.
Berdasarkan pada pengertian istilah-istilah di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan judul  Pengaruh Profesionalitas Guru Agama Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebuah upaya untuk mengamati dan melihat secara langsung setiap kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 

B.     Alasan Memilih Judul


Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul “PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMPN 1 SUKADANA KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015”, diantaranya yaitu :
1.      Mempertegas persepsi bahwa guru yang profesional selalu mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar, menguasai apa yang akan disajikan dan bertanggung jawab atas semua yang diajarkan serta segala tingkah lakunya. 
2.      Profesi guru Pendidikan agama Islam selain sebagai pendidik siswa juga memberikan pendidikan tentang agama yang wajib di jalankan oleh setiap manusia, dengan cara tersebut diharapkan menjadi satu paket pengajaran yang dapat di transfer kepada anak didiknya secara langsung.

C.     Latar Belakang Masalah

Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang atau masih saja dipertanyakan orang, baik dikalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media masa khususnya media masa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya sangat pribadi sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri.
Masyarakat atau orang tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan bahkan pada kenyataannya dilapangan banyak oknum yang berprofesi guru melakukan tindakan asusila atau tindak pidana lainnya. Sikap prilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/ menyimpang dari kode etiknya.
Guru adalah pendidik profesional dengan indikator utama sebagai berikut:
a.       Mendidik
b.      Mengajar
c.       Membimbing
d.      Mengarahkan
e.       Melatih
f.        menilai, dan
g.       mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal,I : I). [7]

Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. 6
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilaia ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.7
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, sebagai berikut :

Artinya : “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka  al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Ali Imran, 3 : 164) 8

Dari ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa Rasulullah selain Nabi juga sebagai pendidik (guru). Oleh karena itu tugas utama guru menurut ayat tersebut adalah:
1.      Penyucian, yakni Pengaruh, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah.
2.      Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum Muslimin agar mereka merealisasikannya dalam tingkat laku kehidupan.
Jadi tugas guru dalam Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm drager (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat. Jika manusia lahir membawa kebaikan-kebaikan (fitrah) maka tugas pendidikan harus mengembangkan elemen-elemen (baik) tersebut yang dibawanya sejak lahir. Dengan begitu apapun yang di ajarkan di sekolah jangan sampai bertentangan dengen prinsip-prinsip fitrahnya tersebut. Oleh karena itu fitrah harus  tetap dikembangkan dan dilestarikan.   
Ada penyebab yang khas mengapa orang begitu terhipnotis untuk menghargai guru yaitu karena adanya pandangan dalam Islam bahwa ilmu itu sumbernya dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 32: 9
Artinya : Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Ilmu datang dari Tuhan, dengan demikian pendidik pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini dalam Islam telah melahirkan sikap bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah dan guru, maka wajar kalau kedudukan guru amat tinggi dalam Islam. Hubungan guru dan anak didik dalam Islam tidak berdasarkan untung rugi. Hubungan guru dengan anak didik dalam Islam adalah suatu hubungan keagamaan,  suatu hubungan yang bersumber dari Allah.
Pada lazimnya pendidikan dipahami sebagai fenomena individual di satu pihak dan fenomena sosial di pihak lain. seorang guru akan terbantu jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah manusia, sebagaimana seorang pelukis atau pandai besi yang harus memahami karakteristik material yang dihadapinya. Praktek pendidikan akan menemui kegagalan kecuali jika dibangun di atas konsep yang jelas tentang fitrah manusia.
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap prestasi belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Karenanya, bila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan siswa, tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siswa.
Perhatian siswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan pertanyaan kepada siswa, membuat variasi belajar pada siswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda dengan cara sebelumnya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan. Dan ada beberapa motivasi yang digunakan guru terhadap bahan pelajaran agar siswa tidak merasa bosan, seperti : memberikan hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberikan angka atau penilaian, memberikan tugas dan hukuman.
Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar bahwa : “Dalam kegiatan belajar, maka motivasi menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.”[8]
Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu pula kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajarnya.[9] Tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi tidak hanya dalam belajar.[10]
Berdasarkan hasil prasurvey sebagai langkah awal dari kegiatan penelitian yang penulis lakukan di SMPN 1 Sukadana diperoleh gambaran bahwa sebagian guru sudah berusaha untuk mengembangkan profesionalitas kerja mereka, namun motivasi belajar siswa belum meningkat.
Tabel 1
Data Prasurvey Profesionalitas Guru Agama Islam

No
Kompetensi Profesional Guru
Keterangan
Dilakukan
Kadang-kadang
Tidak
1
Mengajar sesuai dengan bidang kependidikan yang dimiliki


2
Mengajar sesuai dengan kriteria maksimal 24 jam dalam 1 minggu


3
Berkomunikasi aktif dengan Kepala Madrasah


4
Menggukana metode mengajar yang bervariasi


5
Memilih buku yang diperlukan bagi murid


6
Membimbing murid pada saat pembelajaran di kelas


7
Menggunakan media pembelajaran (alat bantu ajar) dalam memberikan pemahaman lebih di kelas


8
Melaksanakan tugas guru dalam susunan organisasi dan bekerja sama dengan guru lain dalam penyusunan kurikulum


9
Menyiapkan instrumen-instrumen pembelajaran


10
Mengadakan evaluasi belajar sebagai perbaikan hasil belajar siswa


11
Mendiskusikan kesulitan belajar siswa dengan guru lain dan Kepala Madrasah


12
Menggunakan perangkat audio visual dalam mengajar


13
Mengadakan tes berstandar bagi siswa


14
Mengenal kemampuan anak didik


15
Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah

Sumber : Hasil Pra Survey tanggal 3 Januari 2014

Tabel 2
Data Prasurvey Motivasi Belajar Siswa
No
Nama Siswa
Motivasi Belajar Siswa
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
1
Siti Hasanah
50
50
80
2
Nurhasanah
80
80
55
3
Atmaliyati
60
90
90
4
Dedi Junaidi
70
55
65
5
Miftahudin
70
70
50
6
Zainal Abidin
70
50
70
7
Munzir
60
50
60
8
Nurjanah
60
60
50
9
Siti Maisyaroh
70
50
60
10
Syamsiah
70
55
55

Jumlah




Keterangan :

Ø      Kriteria Kompetensi Profesional Guru

1.      Mengajar sesuai dengan bidang kependidikan guru.
2.      Mengajar 24 jam dalam seminggu.
3.      Menggunakan metode belajar yang bervariasi.
4.      Menggunakan media pembelajaran dalam memberikan pemahaman bagi siswa.
5.      Mengadakan evaluasi pembelajaran sebagai perbaikan.

Ø      Kriteria Motivasi Belajar Siswa

1.        Baik          :   Jika siswa/i selalu mengikuti program sekolah yang telah dijadwalkan dari pihak sekolah serta menghasilkan yang lebih baik atau 80- 90
2.        Cukup      :   Jika siswa/i Kadang-kadang mengikuti program sekolah yang telah dijadwalkan dari pihak sekolah serta menghasikan yang telah di jadwalkan atau 60-70
3.  Kurang        :   Tidak mengikuti program yang diselenggarakan oleh pihak sekolah yang telah ditentukan atau -60 [ kurang dari 60]

Dari keterangan tabel di atas dapat kita lihat bahwa kenyataan yang ada di lapangan yakni siswa kelas VII SMPN Sukadana, jika dilihat dari hasil Pra survey maka dapat diketahui bahwa kriteria profesional guru sudah cukup baik akan tetapi motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar masih ada yang kurang, dengan demikian perlu diadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Di SMPN 1 Sukadana guru-guru juga telah melaksanakan profesionalisme sebagai tenaga kependidikan meskipun ada beberapa hal yang belum dilakukan.
Oleh karena itu peneliti berusaha mengetahui antara profesionalisme dengan kepemimpinan Kepala Madrasah sebagai motivator sekaligus mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara keduanya.

D.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan yang telah penulis paparkan dalam latar belakang, maka penulis menyimpulkan beberapa masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini :
1.      Apakah Pengaruh kompetensi profesional guru agama Islam mampu meningkatkan motivasi belajar siswa siswa atau tidak, ataukah sebaliknya?
2.      Apakah guru sudah menyampaikan materi pelajaran dengan baik?
3.      Sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam?

E.     Rumusan Masalah
Dari gambaran permasalahan di atas dapat dirumuskan beberapa pokok kajian yang penting untuk diteliti sebagai berikut:
1.      Bagaimana upaya Pengaruh kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa di SMPN 1 Sukadana? 
2.      Bagaimana dampak Pengaruh kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di SMPN 1 Sukadana?

F.      Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya”.[12]
Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.[13]
Dengan demikian yang dimaksud hipotesis adalah suatu kesimpulan tetapi kesimpulan ini masih lemah sehingga masih diujikan kebenarannya melalui penelitian.
Penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: “Pengaruh kompetensi profesional Guru Pendidikan Agama Islam Mampu Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha        :  Ada Pengaruh kompetensi profesional Guru PAI terhadap peningkatan Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
Ho        :  Tidak ada Pengaruh kompetensi profesional Guru PAI terhadap peningkatan Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

G.    Tujuan dan Kegunaan
1.      Untuk mengetahui upaya Pengaruh kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 
2.      Untuk mengetahui dampak Pengaruh kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMPN 1 Sukadana Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015

            Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.      Sebagai kontribusi ilmu pengetahuan bagi khasanah keilmuan, khususnya bagi lembaga pendidikan. 
2.      Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam permasalahan-permasalahan yang berkaitan profesi seorang pendidik. 

H.    Metode Penelitian
1.      Sifat dan Jenis Penelitian
a.       Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini bersifat Quantitatif yaitu penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.[14]
b.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian dengan penggolongan berdasarkan sifat masalah yaitu penelitian kancah atau lapangan (field research), yaitu sesuai dengan bidangnya, maka kancah penelitian akan berbeda-beda tempatnya. Penelitian pendidikan mempunyai kancah bukan saja di sekolah dapat dikeluarga, di masyarakat, di pabrik, di rumah sakit, asal semuanya mengarah tercapainya tujuan pendidikan”.
Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di SMPN 1 Sukadana.

2.      Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat dua variabel, yaitu :
a.       Variabel bebas atau sering disebut sebagai variabel yang mempengaruhi dalam hal ini yang mempengaruhi adalah :
Kompetensi Profesional Guru
b.      Variabel terikat, variabel ini dapat pula disebut sebagai variabel yang dipengaruhi, dalam hal ini yang dipengaruhi adalah “Motivasi Belajar Siswa”.
3.      Populasi dan Sample
a.      Populasi
Untuk melaksanakan penelitian dengan baik dan terhindar dari data-data yang relevan dengan permasalahan penelitian maka penulis kemukakan populasi dalam penelitian ini. Menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.[15]
Berdasarkan pendapat diatas maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 36 siswa.
b.      Sample
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.[16]
Pendapat Suharsimi Arikunto maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya jika subjeknya benar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.[17]
Karena jumlah seluruh murid kelas VII di SMPN 1 Sukadana kurang dari 100, yaitu  hanya 36 siswa, maka semua dijadikan sample.

4.      Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a.       Metode Interview
Yaitu cara pengumpulan data dengan jalan bertanya jawab kepada sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.18 Interview terhadap Kepala Sekolah, untuk mengetahui sejarah perkembangan SMPN 1 Sukadana yang dipimpinnya. 
b.      Metode Observasi
Pengambilan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang di selidiki.19 Tujuan penggunaan metode ini adalah agar bisa diperoleh dan diketahui data sebenarnya. Adapun yang di observasi adalah  semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dan mendidik murid-murid di SMPN 1 Sukadana tersebut.
c.       Metode Angket
Angket (questioner) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individual atau kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu seperti referensi, keyakinan, minat dan perilaku. 20
Metode angket ini mempunyai empat bentuk, yaitu bentuk terbuka dan tertutup, bentuk skala, bentuk daftar cek dan bentuk rangking. Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan angket bentuk skala, karena yang menjadi objek penelitian adalah penilaian sebuah profesi yang sulit di ukur secara eksak. 21  
d.      Metode Dokumentasi
Adalah suatu cara untuk memperoleh data yang bersumber pada data-data yang tertulis seperti : peraturan-peraturan, raport dan lain-lain. 22 Metode  ini untuk memperoleh data tentang letak geografis, sejarah singkat berdirinya sekolah dan lain-lain.
5.      Metode Analisa Data
Dalam  hal  pengolahan  dan  analisis  data  ini  peneliti  menggunakan rumus:
Keterangan :
      :  Chi Kuadrat
       :  Frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel.
       : Frekuensi yang diharapkan dalam sample sebagai pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.[18]

Setelah data tersebut dihitung dan dianalisa dengan menggunakan rumus tersebut di atas. Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan konsultasi dari hasil perhitungan tersebut dengan harga kritik chi kuadrat table. Dari hasil konsultasi inilah, dapat diambil suatu kesimpulan sebagai hasil akhir dari pelaksanaan penelitian.


[1]  Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997), hlm. 582. 
[2] Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet ke 17, hal. 14
[3] Deasy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amelia, Jakarta 2005,  hal. 336
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal.203
[5] Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Op Cit, hal. 15
[6] Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op. Cit, hlm. 243
[7] Zainal Aqib, Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Bandung:  Yrama Widya. 2008. hal 149.
6  Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Prismasophie, 2004),  hlm. 156.
7   Ibid, hlm. 156
8   Ibid, hlm. 158
9  Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Prismasophie, 2004),  hlm. 195.
[8] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : C. V. Rajawali, 1990, Cet. Ke-12, hal. 75-76
[9] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996, hal. 82
[10] Imran, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 2003, hal. 89
[11] Prasurvey, MI Masyariqul Anwar Pugung Raharjo, tanggal 14 November 2011.
[12] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal. 67-68
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktik,  (Jakarta:  Rineka Cipta, 2010), hlm. 110
[14] Suharsimi  Arikunto,  Ibid, hlm. 27
[15] Suharsimi  Arikunto,  Ibid, hal. 173
[16] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 121
[17] Ali Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, PN Angkasa, Bandung, 1987, hal. 75
18   Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian (Yogyakarta : Andi Offset, 1999), hlm.170
19   Ibid, hlm 171.
20  Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif  Dalam Pendidikan (Jakarta Grafindo Persada, 1999), hlm. 181.
21   Ibid, hlm. 185.
22  Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hlm. 107.
[18] Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 333