Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Permainan Tradisional Yang Terancam Punah

Sobat New Generations….
Era globalisasi ternyata memang berdampak pesat dimuka bumi ini. Semua yang dipakai serba canggih dan modern.Tidak hanya di kota-kota besar, didesa pun hal tersebut sudah sangat terasa. Dimulai dari kalangan tua, dewasa hingga anak-anak.

Dilihat dari kalangan anak-anak sekarang terasa sekali berbeda dengan anak-anak pada masa saya dahulu. Dalam hal bermain, anak zaman sekarang lebih suka bermain Handphone, Playstations, Game Online, dan permainan canggih lainnya. Pada masa saya masih kecil, banyak sekali permainan tradisional yang menurut saya tidak kalah mengasikkan dibandingkan permainan yang dimainka oleh anak-anak zaman sekarang. Tapi sangat disayangkan permainan-permainan itu serasa punah dan hampir tidak pernah dimainkan lagi oleh anak-anak, dan lebih parahnya lagi mereka bahkan ada yang tidak tahu permainan tersebut.

Berikut beberapa permainan tradisional yang terancam kepunahannya didunia anak-anak :

1. Kelereng

Kelereng atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan gundu. Ada juga yang menyebutnya ”neker”. Kelereng berbentuk bulat kecil seperti buah ceri, ia terbuat dari bahan kaca. Dalam memainkanya pun terdiri dari beberapa permainan seperti ‘pot-potan”, “garis”, pala ular” dan “kom-koman”. Saat saya masih kecil, jumlah kelereng yang saya punyai hampir seratusan karena saya termasuk pintar dan titis (istilah yang digunakan bila mengenai musuh) dalam bermain.

2. Karet Gelang

Sebenarnya karet gelang disini difungsikan untuk mengikat bungkus sayuran ketika orang berbelanja dipasar. Tapi selain digunakan untuk hal tersebut, karet gelang juga dapat dimanfaatkan oleh anak-anak dulu sebagai alat bermain. Anak wanita menggunakan karet gelang ini untuk bermain “lompatan” dan “semprong”. Karet gelang ini dirajut hingga mencapai panjang 2 atau 3 meter bahkan lebih terlebih dahulu agar bisa digunakan untuk bermain. Untuk mendapatkan karet gelang ini dulu ada sebagian anak didesa saya yang rela seperti pemulung dipasar untuk mencari karet gelang ditengah-tengah pasar. Karena memang terkadang banyak sekali karet gelang yang dibuang setelah digunakan dipasar. Maklum untuk beli karet gelang yang baru tidak punya uang sobat..he..he..he…

3. Bentengan

Seperti halnya kerajaan-kerajaan zaman dahulu yang selalu mempunyai benteng untuk pertahanan kerajaan mereka, permainan bentengan ini layaknya hal tersebut. Hanya benteng yang digunakan ini biasanya berupa dua buah pohon. Cara bermainnya anak-anak dibagi menjadi 2 buah kelompok yang terdiri dari 3 – 5 anak. Pertama salah satu anak dalam kelompok berlari terlebih dahulu, kemudian kelompok lainnya mengejar dan seterusnya. Apabila ada anak yang terpegang maka dianggap kena atau menjadi tahanan. Untuk menentukan kelompok mana yang menjadi pemenang adalah kelompok mana yang bisa memegang benteng musuh tetapi tidak boleh tertangkap oleh penjaga benteng musuh. Dan hukuman bagi musuh yang kalah adalah menggendong pemenang bolak-balik dari benteng satu kebenteng yang lain. Bayangkan bagaimana serunya kan sobat…

4. Petak Umpet

Petak umpet atau disebut “jumpritan” dalam bahasa jawa. Petak umpet biasanya dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Untuk menentukan siapa yang harus jaga, biasaya dilakukan dengan cara “hompimpah” atau dengan “kacang-kacang panjang”. Apabila ada yang kalah, maka harus jaga dan teman-teman yang lain bersembunyi. Tugas penjaga adalah mencari teman-teman yang bersembunyi hingga ketemu dan berhati-hati agar teman yang bersembunyi tidak sampai melakukan “jumprit”. Apabila hal tersebut terjadi maka ia harus kembali berjaga lagi.

5. Wayang dan Kuartet

Bagi anak yang tidak paham yang dimaksud dengan wayang adalah seni tradisional jawa yang dimainkan oleh dalang. Saya juga tidak paham asal usul kenapa permainan ini disebut dengan wayang. Mungkin karena wayang ini berupa gambar yang diberi nomor 1 – 36 dan biasanya memiliki suatu alur cerita. Wayang yang saya punyai dulu berupa wayang yang bercerita tentang wiro sableng, arya kamandanu, he man, power ranger, dll.
Dalam memainkannya pun masih ada macamnya, seperti “apitan”, “tekpo”, kiukiu”, “sebaran” dan “plek”.

6. Congklak

Istilah lainnya adalah “Dakon”. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak wanita. Tetapi terkadang anak laki-laki pun memainkannya. Dalam bermain bisanya menggunakan papan congklak dan 98 (14x7) buah biji. Bagi anak yang tidak mempunyai papan congklak dan biji, biasanya mereka menggali lubang ditanah dan menggunakan batu kerikil sebagai bijinya.

7. Sepak Tekung

Permainan sepak tekung sebenarnya hampir sama dengan permainan petak umpet. Yang membedakannya dalam sepak tekung anak-anak harus mempunyai bola atau pecahan genting sebagai medianya. Jadi si penjaga bertugas mencari teman yang bersembunyi sambil tetap menjaga bola agar tidak ditendang atau pecahan genting yang disusun tidak dijatuhkan oleh teman. Bila hal tersebut terjadi maka ia harus berjaga kembali.

8. Gobak Sodor

Permainan ini bisa dilakukan oleh anak laki-laki bersama dengan perempuan. Gobak sodor inilah sobat yang menjadi permainan favorit saya dulu ketika kecil. Dalam bermain biasanya dilakukan pada malam hari selepas saya dan teman-teman saya pulang mengaji dari mushola. Dengan dibantu dengan penerangan sinar bulan permainan ini sangat mengasikkan. Untuk cara bermainnya sulit untuk saya jelaskan sobat, jadi bagi sobat yang penasaran silahkan bertanya kepada orang tua atau kakek nenek sobat saya yakin mereka pasti bisa menjelaskannya…he..he…he…

Sebenarnya masih banyak lagi permainan anak-anak dulu yang mengasikkan tetapi sekarang sudah ditinggalkan. Seperti Bentek, Gedrik, Egrang, Layangan, Tamtam Buku, Paton dan lain-lain.



Bila saya mengingat masa-masa itu ingin sekali kembali kemasa tersebut dimana kita bisa tertawa lepas bersama teman-teman yang lain. Apakah mungkin permainan tersebut dapat terulang lagi dimasa modern sekarang ini? Bagi sobat yang telah memiliki putra dan putri tolong perkenalkan permainan ini agar mereka benar-benar tidak akan punah,

Salam,

Yang Muda Yang Terdepan....