Hapus Ujian Nasional (UN) Kembali ke EBTANAS
Sobat New Generations....
Bulan Juli, berarti sudah saatnya bagi para pendidik dan peserta didik untuk memulai kegiatan belajara mengajar di sekolahan masing-masing. Setelah sebelumnya para peserta didik dipusingkan dengan UN untuk siswa kelas akhir dan Ujian Kenaikan Kelas bagi siswa yang lain. Untuk kali ini yang menjadi sorotan banyak media adalah pelaksanaan UN yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Masih teringat dikepala saya sekitar tahun 2004, kala itu pelaksanaan ujian sudah menggunakan standar kelulusan 4,00. Standar ini merupakan tingkatan kedua dari yang sebelumnya 3,50. Dengan standar 4,00 yang saya alami di tingkat SMU cukup membuat saya dan teman-teman down dan frustasi. Karena apabila dari 3 buah mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika) mendapatkan nilai < 4,00 maka divonis tidak lulus. Tapi alhamdulilah dari teman satu sekolah hanya 2 orang saja yang tertinggal. Dan hasil itu 100% murni sob.
Baik cukup curhatnya sob, he..he...
10 Tahun sejak dimulai dari tahun 2003 hingga sekarang 2013 standar kelulusan mengalami perubahan dan peningkatan. Apabila dilihat dilapangan, banyak sekali pendidik bahkan siswa yang mengeluh dengan semua itu. Akhirnya, tindak kecurangan pun merajalela ditiap pelaksanaan UN. Mungkin ini sudah bukan rahasia lagi bahwa tiap pelaksanaan UN bukannya siswa yang mengerjakan soal tetapi Pendidik yang kalang kabut menyiapkan kunci jawaban untuk UN besok.
Hal ini ditambah dengan paket soal UN 20 buah, yang jelas hanya menghambur-hamburkan biaya yang sangat besar sedangkan pelaksanaannya secara teknis akan tetap sama saja. Saya menyebut ini semua adalah Pembodohan Masal. Kalaupun ketika nilai UN tersebut keluar, dan ada siswa yang mendapatkan nilai bagus hingga mendekati sempurna itu perlu dipertanyakan. Apakah siswa tersebut memang benar-benar jenius atau hanya pintar dalam menghitamkan lembar jawaban.
Dengan semua ini, apakah tidak sebaiknya kita kembali kemasa dahulu. Masa dimana untuk melaksanakan ujian kelulusan menggunakan cara EBTANAS. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) mungkin adalah langkah yang lebih bijak menurut saya. dengan cara ini tingkat pendidikan kita akan lebih terlihat real dan sebenarnya. Akan terlihat dimana siswa itu memang benar-benar lulus dengan nilai terbaik atau bahkan terburuk. Mana siswa Terpintar dan mana siswa yang masih kurang pintar.
Yang jelas dengan EBTANAS akan lebih terlihat nyata bagaimana standar dari pendidikan di suatu sekolahan bahkan di Negara Indonesia ini. Tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Setujukah Sobat apabila UN dihapuskan dan kembali lagi ke EBTANAS ???
Silahkan berikan jawaban sobat di komentar.
Salam,
Yang Muda Yang Terdepan
Bulan Juli, berarti sudah saatnya bagi para pendidik dan peserta didik untuk memulai kegiatan belajara mengajar di sekolahan masing-masing. Setelah sebelumnya para peserta didik dipusingkan dengan UN untuk siswa kelas akhir dan Ujian Kenaikan Kelas bagi siswa yang lain. Untuk kali ini yang menjadi sorotan banyak media adalah pelaksanaan UN yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Masih teringat dikepala saya sekitar tahun 2004, kala itu pelaksanaan ujian sudah menggunakan standar kelulusan 4,00. Standar ini merupakan tingkatan kedua dari yang sebelumnya 3,50. Dengan standar 4,00 yang saya alami di tingkat SMU cukup membuat saya dan teman-teman down dan frustasi. Karena apabila dari 3 buah mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika) mendapatkan nilai < 4,00 maka divonis tidak lulus. Tapi alhamdulilah dari teman satu sekolah hanya 2 orang saja yang tertinggal. Dan hasil itu 100% murni sob.
Baik cukup curhatnya sob, he..he...
10 Tahun sejak dimulai dari tahun 2003 hingga sekarang 2013 standar kelulusan mengalami perubahan dan peningkatan. Apabila dilihat dilapangan, banyak sekali pendidik bahkan siswa yang mengeluh dengan semua itu. Akhirnya, tindak kecurangan pun merajalela ditiap pelaksanaan UN. Mungkin ini sudah bukan rahasia lagi bahwa tiap pelaksanaan UN bukannya siswa yang mengerjakan soal tetapi Pendidik yang kalang kabut menyiapkan kunci jawaban untuk UN besok.
Hal ini ditambah dengan paket soal UN 20 buah, yang jelas hanya menghambur-hamburkan biaya yang sangat besar sedangkan pelaksanaannya secara teknis akan tetap sama saja. Saya menyebut ini semua adalah Pembodohan Masal. Kalaupun ketika nilai UN tersebut keluar, dan ada siswa yang mendapatkan nilai bagus hingga mendekati sempurna itu perlu dipertanyakan. Apakah siswa tersebut memang benar-benar jenius atau hanya pintar dalam menghitamkan lembar jawaban.
Dengan semua ini, apakah tidak sebaiknya kita kembali kemasa dahulu. Masa dimana untuk melaksanakan ujian kelulusan menggunakan cara EBTANAS. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) mungkin adalah langkah yang lebih bijak menurut saya. dengan cara ini tingkat pendidikan kita akan lebih terlihat real dan sebenarnya. Akan terlihat dimana siswa itu memang benar-benar lulus dengan nilai terbaik atau bahkan terburuk. Mana siswa Terpintar dan mana siswa yang masih kurang pintar.
Yang jelas dengan EBTANAS akan lebih terlihat nyata bagaimana standar dari pendidikan di suatu sekolahan bahkan di Negara Indonesia ini. Tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Setujukah Sobat apabila UN dihapuskan dan kembali lagi ke EBTANAS ???
Silahkan berikan jawaban sobat di komentar.
Salam,
Yang Muda Yang Terdepan